Perang tarif selular, siapa pemenangnya ?
Sore tadi, sepulang dari daerah kebon sirih saya naik taxi blue bird, sepanjang perjalanan ada saja yang menelpon saya, sampai akhirnya di traffic light kuningan telepon berhenti berdering karena battery habis, alias kaput.
Setelah tahu saya tidak lagi bicara di telpon, pak supir bertanya pada saya,
"Maaf pak, bapak Pakai operator apa ya, koq telponnya bisa nyambung terus ngga putus-putus?", katanya.
"oh memang kenapa pak?" aku bertanya balik.
"Saya heran pak, koq saya ngga bisa nelepon atau di telepon seharian, begitu juga buat nelpon istri saya yang di pemalang, susahnya minta ampun, istri atau anak saya harus keluar rumah atau ketempat yang tinggi di luar rumah supaya bisa nelpon, kalau kata iklanya sich sinyalnya ngga putus dan nyambung terus, tapi koq saya ngga bisa nelpon yaa", apa gara-gara monyet pada ikutan nelpon yaa, katanya polos..
aku cuma terkekeh,sambil senyum setelah suntuk seharian, aku bilang,
"Pak, mungkin istri bapak ngga bisa nelpon bapak, atau sebaliknya mungkin karena trafficnya penuh di BTS nya"
"maksudnya pak?" katanya antusias.
"maksudnya, gini pak, saya ambil contoh, misalnya satu BTS, atau gampangnya di tower telpon itu mencakup beberapa area, dan ada kapasitasnya pak, bisa saja pak, saat bapak atau istri bapak mau menelpon kapasitasnya sudah terpakai semua, karena sekarang kan telpon murah, jadi semua orang pada nelpon"
"oh, gitu ya?", katanya.
"iya pak, jadi karena kapasitasnya terlampaui pada saat itu, maka bapak ngga bisa masuk", "ibarat naik bus way, kalau busnya sudah penuh kan bapak ngga bisa masuk," kadang memang harus di coba berulang-ulang pak", tambah ku.
"iya mas, cuma gara-gara istri ngga bisa nelpon saya dari pemalang, disangkanya saya lagi pacaran lagi, atau selingkuh dengan wanita lain, coba mas liat tampang saya apa masih laku?", "wong saya sudah tua begini",
"hehehehe" aku ketawa geli, "wah saya no comment pak".
"iya nich, katanya murah dan gratis bisa nelpon, tapi kenyataannya saya ngga bisa pake, istri saya juga ngga bisa saya hubungi, jadi buat apa punya handphone ya mas?
"yaa pak, kalau ngga puas, ganti aja operator baru yang bisa buat nelpon, sekarang kan banyak yang dan murah lagi, kartu perdananya".
"iya mas, tapi kalau nantinya sama aja ngga bisa buat nelpon gimana ?, apa saya harus ganti lagi dan beli nomor baru ?", sergahnya.
"Waduh, memang susah juga yaa pak?", sahutku lagi.
"saya ini bukannya ngga mau gratis nelpon mas, cuman kalau gratis ngga terus ngga bisa di pakai buat nelpon kan percuma", "mana gara-gara ngga bisa di telpon istri, eh pas bisa di telpon disangkanya saya sibuk pacaran lagi, padahal saya narik mas, tiap hari di taxi"
cerita saya di atas tidak bermaksud memojokan operator tertentu, tapi hanya mengambil contoh dari problematika yang di hadapi pengguna selular saat ini, dan tentu saja pelanggan dari operator lain pun mengalami hal yang sama, karena hampir semua operator menawarkan tariff yang buat saya sudah tidak masuk akal lagi, karena sudah sangat murah dan voice call sudah menjadi komoditi.
hmm bisa dibayangkan bisa saja gara-2 network mobile operator congested, banyak orang ngga bisa nelpon dan di telpon, akibatnya bisa banyak, mungkin orang bisa kehilangan peluang bisnis, gagal mendapat pekerjaaan, karena pas di interview putus terus, mungkin bisa berantem sama istri atau putus dengan pacar, atau ngga bisa nelpon ambulance untuk emergency dan masih banyak lagi efek-efek yang lain yang merugikan pelanggan baik langsung dan tidak langsung, saya pun pernah mengalaminya, selain di butuhkan kesabaran mungkin kita perlu juga berfikir bahwa, murah bukan berarti dapat membuat hidup jadi lebih mudah bahkan murah malah bisa bikin hidup jadi susah.
mungkin sudah saatnya operator ngga usah lah pada banting-bantingan harga menjadi yang termurah dan mengorbankan kepuasan pelanggan. Mungkin sudah saatnya operator memulai untuk meningkatkan Quality of services ketimbang banting harga yang pada akhirnya malah membebani traffic di network operator itu sendiri. Kalau kejadian ini terus berlanjut, saya melihat customer bukan lagi sebagai raja, melainkan pengguna yang tidak berguna, saya yakin kalau saja perang tarif ini di teruskan, tidak ada yang bakal menang dan menjadi operator nomor satu, karena saya yakin secara teknis semua operator memiliki keterbatasan kapasitas dari jaringan mereka. Sudah saatnya, operator menghargai customernya dan memberikan layanan terbaik, karena customer akan rela membayar lebih untuk mendapatkan kwalitas yang baik.
mari kita perang untuk memberikan Quality of services dan kepuasan pelanggan yang lebih baik, anda berani ?
Bagaimana pendapat anda ?